SANG PENYELAMAT RASULULLAH: Laba-laba Gua Tsur

Aku adalah laba-laba gunung. Aku lahir di Gua Tsur, sebelah selatan kota Makkah. Sebuah kota yang menurut leluhurku ada Baitullah, rumah Allah dan disana sudah hadir seorang Nabi yang bernama Muhammad. Aku tinggal dan tidak bisa sampai ke kota Makkah, Hal itu karena langkahku yang terbatas. Aku hanya tinggal di rumahku, yang kata orang rumah yang paling lemah di dunia. namun itu sudah menjadi suratan nasib atau takdir bagiku dan aku hanya bisa berserah diri kepada Allah SWT. Aku tidak meminta dilahirkan dimana, di kota mana dan sebagai bangsa apa. Bagiku yang terpenting adalah aku bisa hidup di tempat itu, sejahtera dan menjadi bagian dari makhluk yang menyembah Allah, Rabbul alamin. 
        Suatu ketika terjadi suatu hal yang tak terduga di dekat rumahku. Terjadi percakapan makhluk lain yang bukan dari sebangsaku. "Siapakah di antara makhluk Allah yang mendiami gua ini?" tanya makhluk itu. Tak kusangka ternyata makhluk itu adalah Malaikat Jibril yang sudah berdiri di depan gua. Maka langsung aku bersimpuh hormat kepada Malaikat Jibril hamba Allah yang paling setia seraya berkata "Perkenalkan, aku laba-laba penghuni Gua Tsur".
       Malaikat Jibril dengan singkat berkata bahwa sebentar lagi akan datang seorang Nabi tepatnya Nabi Muhammad beserta temannya, Abu Bakar akan datang kesini. mendengar hal itu, betapa senang dan bahagia hatiku, sebab banyak makhluk ingin berdekatan dengan beliau dan sekrang justru beliau datang berkunjung ke rumahku. Secepat kilat Jibril langsung menghilang tanpa aku menjawab pernyataan darinya. Tetapi masih ku dengar suara samar-samar darinya bahwa aku harus membuat sarang laba-laba di mulut gua pada saat nantinya.
       Tak butuh waktu lama akhirnya orang yang dimuliakan itu datang mengunjungiku. Aku langsung mempersilahkan keduanya untuk masuk, tapi saat ku lihat raut wajah mereka sepertinya ada sesuatu yang disembunyikan mereka. "Sepertinya ada bahaya yang mengikuti mereka" Naluriku berkata. Hingga teringat atas perintah Malaikat Jibril dengan cepat aku pun membangun sarang laba-laba di mulut gua.
      Benar saja naluriku, tak berapa lama aku membuat sarang laba-laba muncul beberapa orang bengis dengan membawa pedang dan tombak menghampiri gua. Mereka terlihat sedang mencari Nabi Muhammad dan ingin membunuhnya. Hal itu dapat diketahui dari pembicaraan beberapa orang di luar mulut gua. Mereka terlihat curiga dan ingin masuk ke dalam gua, tapi salah seorang dari mereka bilang bahwa mustahil di dalam gua ada orang karena ada sarang laba-laba yang masih menutup mulut gua. Sementara itu, Abu Bakar terlihat begitu takut dan gelisah. "Kalau salah seorang diantara mereka melihat dari bawah kakinya, tentu dia akan melihat kita ya Rasulullah." tanya Abu Bakar kepada Nabi Muhammad. Akan tetapi Nabi Muhammad tetap diam dan meminta agar Abu Bakar tenang.
       Selang beberapa lama, tiba-tiba di dalam gua dipenuhi oleh para malaikat. Aku sempat mendengar salah satu dari mereka (para Malaikat) berkata "Kalau kalian tidak menolongnya (Muhammad), sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (Musyrikin Makkah) mengeluarkannya (dari Makkah) sementara dia adalah salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada di dalam gua pada saat dia berkata kepada temannya, 'Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita'. Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang tidak kalian lihat, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan, kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha perkasa lagi Maha bijaksana" - Q.S At Taubah: 40.
        Kemudian aku memberanikan diri untuk bertanya kepada para Malaikat yang datang ke dalam gua "Kenapa mereka datang ke tempat ini?". "Kami ditugaskan Allah untuk melindungi Nabi Muhammad dan sahabatnya dari ancaman pembunuhan oleh kaum musyrikin Makkah karena beliau ingin hijrah dari Makkah ke Madinah." Jawab salah satu Malaikat. "Tapi aku sudah ditugasi terlebih dulu menjaga Rasulullah, mengapa kalian ikut campur?" protesku. para Malaikat itu tidak menjawab akan protes yang aku ajukan. Mereka hanya mengatakan bahwa mereka hanya tunduk kepada perintah Allah dan menjalankan apa yang dikehendaki-Nya
       Aku menangis, karena aku tidak mengerti. Namun aku telah menjalankan tugasku. Setiap makhluk memiliki tugas masing-masing yang harus mereka jalankan. Mungkin inilah batas tugasku dan aku tidak mengerti batas tugas dari makhluk lainnya. Setelah semua dirasa aman aku melihat Nabi Muhammad dan Abu Bakar sedang menjalankan shalat. Maka akupun ikut berdiri dan mengikuti beliau. Perlu diingat bahwa berbagai macam tugas yang diembankan kepada setiap makhluk, tugas pokok atau utama ialah menjalankan perintah dari sang pencipta agung Allah SWT.
Previous
Next Post »